Selasa, 07 Februari 2012

Hilangnya Amanat ( tanggung jawab dalam melaksanakan kewajiban dari Allah)


Ketika itu saya mendapatkan kesempatan untuk melakukan CERTUM ( Ceramah Tujuh Menit ) di masjid kampus saya, dan ketika itu ba’da sholat ‘ashar.saya membuka KitabRangkuman Hadis Shahih Al Bukhari, dan saya menyampaikan hadits mengenai Hilangnya Amanat, yang berbunyi :

”2114. Diriwayatkan dari hudzaifah r.a. dia berkata : Rasulullah saw. Menyampaikan dua hal kepada kami, yang satu sudah saya saksikan /sudah terjadi, sedangkan yang satu lagibelum saya saksikan. Rasulullah saw. Menuturkan bahwa amanat ituakarnya berada di hati manusia, kemudian mereka memahami Al Qur’an dan Sunnah Nabi Saw. Rasulullah saw. Juga menuturkan kepada kami tentang hilangnya amanat, beliau bersabda,” Amanat akan di ambil dari hati seseorang ketika ia sedangtidur, sehingga hanya bekasnya yang tersisa bagai bekas sesuatu pada umumnya, kemudian dia tidur lagi, lalu bekas amanat tersebut akan dihilangkan pula.sehingga yang tersisa hanya bekasnya ( yang kedua) bagai luka pada kaki akibat terkena bara api, sehingga bernanah dan mambengkak seolah gemuk penuh dagingpadahal didalamnya tidak ada daging sedikitpun. Pada saat membuat perjanjian jual beli (bisnis), manusia akan sulit menemukanorang yang masih memiliki amanat, kemudian dikatakan di tengah bani fulan terdapat seseorang yang teguh memegang amanat, sehingga seoranng tersebut disanjung-sanjung,’sungguh dia amat pandai, amatbaik, dan amat teguh’. Padahal sebenarnya orang yang disanjung-sanjung itu di dalam hatinya tidak terdapat keimanan meskipun seberat biji sawi pun. Kata perawi : saya sudah tiba di suatu masa yang saya tidak mempedulikan lagi dengan siapapu saya membuat perjanjian. Jika dia seorang muslim, Islamnya akan mencegahnya menipu. Jika dia seorang nasrani, penguasa muslim akan mencegahnya menipu. Sekarang saya ini tidak membuat perjanjian mengenai apapun kecuali dengan sifulan dan si Fulan.” ( Hadits ini diriwayatkan oleh al Bukhari, no. Hadits 6497).

Dari situ saya menyadari bahwa apa yang dijelaskan dalam Hadist diatas memang benar-benar nyata dalam kehidupan kita. Saat ini sangat minim sekali bahkan nyaris tak ada orang yang dapat di pegang kepercayaannya atau dalam kata lain tidak bisa menjaga amanat. Mungkin karena satu dan lain hal yang membuat ia lupa ataukah sengaja untuk tidak melaksanakan amanat tersebut.

Contoh kecil, umur kita merupakan suatu hal yang ada batasannya dan sewaktu saat akan diminta pertanggung jawabannya. Banyak diantara kita yang masih menyepelekan waktu yang telah diberikan, pada saat waktu saholat tiba, kita mengulur-ulur waktu, dan akhirnya meninggalkan sholat tersebut. Ketika hal tersebut sudah menjadi kebiasaan dalam diri kita, maka alangkah meruginya diri ini. Ternyata kita telah menyepelekan suatu amanat berupa waktu yang terbuang sia-sia. Padahal jika kita dapat memanfaatkannya sangat banyak manfaat yang kita dapatkan. Jika kita gunakan untuk membaca buku, maka kita akan mendapatkan banyak pengetahuan dan jika kita mempelajari sesuatu maka kita akan mendapatkan sebuah pelajaran yang beharga, dan minimal waktu kita tak terbuang sia-sia.
Mungkin itu contoh kecil dan masih banyak disekitar kita hal-hal yang merugikan jika kita tidak menjaga waktu yang mana waktu itu merupakan suatu amanat yang akan diminta pertanggung jawabannya kelak. Sekarang mari kita manfaatkan waktu seoptimal mungkin.